“Huuuuuuaaaaaaaahh..” Ara menguap lebar. Ia terpaksa berangkat
lebih pagi karna ia benar-benar tidak mampu mengerjakan PR tadi malam.
Ara mengucek matanya rasanya ia sudah tidak sanggup lagi.. Rasa
kantuknya benar-benar tidak tertahankan.
Sekeliling kelas masih lengang, belum ada satu orang pun di kelas.
Ara meletakan kepalanya yang masih memakai topi Cookie Monster dari Nadja di
atas meja. PR nya masih ada beberapa nomer lagi. Tapi Ara sudah sangat
mengantuk. Mungkin akan lebih baik baginya jika tertidur barang lima menit.
“Apa lo ga punya rumah, sampe harus tidur di sekolah?”
Baru saja Ara akan terbawa ke alam mimpi. Sudah ada orang yang
mengganggu tidurnya.
Ara bahkan tidak mampu mengangkat kepalanya ia tetap meletakan
kepalanya di atas meja, hanya mengubah posisi kepalanya dari awalnya menghadap
tembok, terpaksa berbalik ke arah datangnya suara.
Tanpa perlu izin dari siapapun Raka sudah duduk di sebelah Ara. Ia
menekuk kedua tangannya diatas meja. Dan meletakan kepalanya diatas lengannya
tepat menghadap wajah Ara yang bahkan masih kesulitan untuk membuka mata.
“Lo, bener-bener ngantuk kayanya ya” ujar Raka lalu tertawa kecil.
Melihat Ara dengan posisi seperti ini dengan menggunakan topi lucu, tertidur
diatas tumpukan buku, benar-benar menggemaskan.
Ara masih belum merubah posisinya, matanya bahkan sangat sulit
untuk terbuka. Sampai akhirnya silau blitz kamera milik Raka membuat
kesadarannya hampir pulih seutuhnya. Ara berhasil membuka matanya.
“Lo ngapain disini?” tanya Ara, tanpa merubah posisinya, matanya membelalak
terkejut, melihat seseorang tanpa seizinnya mengambil gambarnya. Yang
ekspresinya pasti sangat tidak fotogenik.
Ara duduk tegak, Raka pun refleks ikut bengun dari posisinya. Ara
masih memandang kesal ke arah Raka.
“Lo ngapain disini?” Ara mengulangi pertanyaannya.
Raka terkekeh, ia tidak menyangka Ara akan semanis ini saat marah.
Pantas saja, Nadja sangat senang menjaili Ara.
“Gue Cuma mau nemenin lo doang ko.. Pagi-pagi udah di kelas
sendirian, mending gue temenin kan..” jawab Raka.
Ara merengut kesal.
“Yaudah sekarang mending lo minggir gue mau ke toilet..” ujar Ara
sambil berdiri. Posisi tempat duduknya yang di ujung tembok benar-benar tidak
memungkinkan dia untuk keluar dengan Raka yang asyik duduk menghalangi.
“Oke, tapi gue ikut..” ucap Raka santai. Ia menggantungkan Nikon
kesayangannya ke lehernya.
Ara mengernyitkan dahinya ‘Gila ni cowok, bener-bener ga tau sopan
santun..” rutuknya dalam hati.
“Oke-oke.. Gue ga akan se ekstrim itu.. Sebagai ketua klub
Fotogrfi gue cuma nyambut anggota baru doang ko, sekalian ngasih ini..” kata
Raka lalu menyerahkan selembar kertas berisi jadwal kegiatan klub Fotografi.
“Gue pergi dulu kalo gitu, gue harap bayaran gue di kedai kopi
waktu itu ga kurang..” Ara nampak kaget mendengar perkataan terakhir yang dilontarkan
Raka.
Raka berjalan keluar kelas dengan santainya. Meninggalkan Ara yang
masih tercengang karena terlambat menyadari bahwa yang sedari tadi ada
dihadapannya adalah Raka, orang yang tak lain adalah musuh Nadja, yang telah ia
hajar dengan kamus, salah satu orang yang tahu ia kerja di kedai kopi, dan juga
si ketua klub Fotografi. Ara memang perlu memeriksa otaknya yang suka rada lola.
***
Suara bel tanda jam istirahat kedua sudah berdering dari beberapa menit yang
lalu. . Cuaca sudah mendung dari pagi, dan akhirnya hujan turun dengan cukup
lebat. Membuat hampir semua warga XI-B
nampak tidak beringsut dari tempatnya. Malah asyik memainkan gadgetnya
atau tidur.
Hampir semuanya, karena Ara malah jongkok di depan kelas,
membiarkan air hujan yang mengalir dari genting asyik menari di jemarinya.
Matanya berbinar memandang langit yang kelabu. Ingin rasanya ia berlari ke
tengah lapangan. Membiarkan hujan membawa semua kepenatannya.
Hari ini Ara habis jadi korban kejailan Nadja. Mulai dari
buku-bukunya menghilang entah kemana, komik-komiknya yang terpaksa di sita
sampai tidak ikut olahraga karena baju olahraganya di siram kuah bakso. Siapa
lagi orang bodoh yang tega melakukan hal seperti itu kecuali Nadja. Ditambah
lagi tadi pagi, Ara di datangi Raka.
Ara masuk ke kelasnya. Tampaknya Nadja sedang tidak ada di kelas.
Karena kelas benar-benar nampak sepi. Tanpa suara gaduh Nadja dan
teman-temannya.
Baru saja Ara duduk santai di kursinya. Andin tiba-tiba datang
dengan wajah panik.
“Araaaa.....” teriak Andin dari awal tubuhnya memasuki kelas.
Ara memandang Andin dengan tatapan heran. Si biang gosip ini pasti
habis menemukan gosip bodoh lagi. Andin memang ahlinya masalah bergosip.
Ara kadang lelah mendengar semua hot news dari mulut Andin. Mulai
dari si A pacaran sama si B yang ternyata selingkuh sama si C dan akhirnya
putus dan jadian lagi sama si D, kisruh OSIS, kisruh dewan guru sampai kabar
bahwa genk kue-kue yang mulai mengincar Ara.
“Apa Andin?” tanya Ara, sementara Andin nampak terengah-engah.
“LO HARUS LIAT MADING SEKARANG JUGA!” jawab Andin dengan tegas membuat
Ara malah mengerutkan keningnya.
“Kenapa emangnya?” Ara memasang wajah tak pedulinya, membuat Andin
makin gemas.
“Isssssshhhhh.. Ayo udah ikut aja” Andin menarik tangan Ara.
Sesuatu yang tertempel di mading membuat Ara tidak bisa bergerak.
Sebuah foto tertempel. Nampak dua orang sedang menidurkan kepala
mereka. Ara mengenal baik bahwa yang di foto itu adalah dirinya. Dan Ara makin
tercekat begitu sadar bahwa seorang lainnya yang berada di hadapannya dan
memegang kamera adalah Raka.
Kata-kata yang terulis dibawah foto tersebut membuat Ara ingin
tenggelam di segitiga bermuda.
‘Anak Baru Berulah!
Bukan
hanya mencuri hati si pentolan sekolah, juga asyik berduaan sama ketua
fotografi
BUAT
CEWE CEWE HARAP BERHATI-HATI
Bisa
jadi cowok kalian jadi incaran si anak baru’
*****
Ara masih diam tak bergerak mencerna kata-kata yang baru saja ia
baca. Sampai tubuh seseorang menabraknya dari belakang. Ara masih belum
memalingkan pandangannya dari mading.
“Apaan sih Dion, make dorong dorong segala?” tanya Raka yang ternyata
juga di paksa untuk melihat kekacauan di Mading.
“Liat itu baik-baik..”
Raka tercengang melihat apa yang ada di mading dan makin geram
begitu melihat orang yang ditabraknya tadi. Ara diam tak bergerak sambil
menahan tangis.
Tiba-tiba Ara bergerak meninggalkan tempatnya, menabrak semua
orang yang menghalangi jalannya termasuk Raka.
Raka tahu gadis itu pasti benar-benar menangis sekarang.
‘Kue cubit ga bermanfaat.. Ini pasti kerjaan mereka’ umpat Raka
dengan kedua tangan terkepal. Dirobeknya dengan paksa foto dan tulisan di
mading itu, lalu langsung pergi dengan mata yang penuh amarah.
***
a/n
huuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah....
akhirnya si pemalas bodoh mau nulis lagi.. btw. selamat menunaikan ibadah puasa manteman!
ayo berlomba mencari kebaikan!
lama banget updatenya karena saya terlalu malas... baru selesai ukk tugas ini itu remed ini itu duhhhhh... senin pengambilan rapot doakan saya naik kelas!
kelas XII rasanya ituuuuuu......
gatau bisa sebebas ini dalam menyalurkan imajinasi atau malah ga punya waktu buat berimajinasi. bukankah hidup saya di dalam imajinasi? -ah sudahlah-maaf saya tidak tahu saya bicara apa-
oke a/n kali ini saya mau minta maaf kalo banyak salah, tapi pastinya saya banyak salah deh.... maafkannn!!!
ini pendek dan amat sangat tijel.
oke segini aja karena saya rasa a/n nya lebih panjang dari updatenya.
muah!
*keonaranterlaksana
*NOX!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar